Umur 7 tahun saya masuk sekolah madrasah, dan sudah mulai berlatih pidato di muka umum, bahkan saya lebih dahulu dapat membaca huruf arab ketimbang huruf latin. Sejak kecil saya sangat disayang oleh keluarga besar, karena usia 8 tahun sudah dapat membaca quran (tilawah) di muka umum.
Karena tuntutan pengetahuan yang berimbang antara agama dan umum, maka saya bersekolah pada dua tempat, pagi hari SD siang madrasah. Pada kelas 3 madrasah saya sudah belajar mengajar di kelas 1 dan 2 madrasah yang sama, kebetulan saya sangat memahami ilmu tajwid (tatacara membaca quran dengan baik).
Di SD, sejak kelas 1 hingga kelas 6, selalu mendapat ranking kelas dan selalu membaca quran (tilawah) pada setiap acara hari besar islam. Kelas 4 madrasah saya ikut ujian akhir (kelas 6) dan ternyata lulus, pendalaman agama saya lanjutkan dengan memberanikan diri mengajar (buka pengajian), kelas 1 SMP saya sudah memiliki murid mengaji sekitar 20 orang. Ketika di SMP saya selalu menjadi juara membaca quran, hingga pada kelas 3, saya berhasil menjadi juara umum (MTQ).
Di SMA, saya sudah mengajar mengaji tingkat remaja dan dewasa, ketika sekolah mengadakan lomba MTQ, saya tidak diperkenankan untuk ikut lomba, bahkan saya ditunjuk sebagai juri. Ketika SMA selain mengajar ngaji saya juga mengajar privat pelajaran umum. Saya juga sebagai anggota OSIS bidang kerohanian, semua kegiatan hari besar keagamaan saya laksanakan, termasuk perayaan Natal.
Tahun 1984 saya ikut kelompok pengkajian alquran secara ilmiah, dan tahun 1986 sudah ditunjuk sebagai pembimbing peserta tingkat bassic, ketika itu pesertanya dewasa tingkat doctoral, ada kepala sekolah, dan dari ABRI. Saya semakin menjadi kebanggaan keluarga besar. Saya sudah mulai diminta untuk memberikan ceramah pada perayaan maulid, dan memimpin pembacaan rawi (kisah Muhammad).
Saya juga orang yang seneng dengan hal-hal gaib, sejak SMP sudah belajar sendiri, ketika tahun 1984 mendapat pembimbing ilmu spiritual, dan berhasil mencapai tingkat tertinggi dalam perguruan. Sejak saat itu sudah melakukan pelayanan penyembuhan berbagai penyakit, kena santet, gila dan lainnya, sehingga saya dijuluki Abang yang sakti, padahal saya merasa punya kemampuan yang tidak seberapa.
Namun, di luar itu semua, saya juga dikenal sebagai anak preman, bergaulnya dengan orang-orang kurang bermoral, sering bermabuk-mabukan, bahkan sejak kelas 1 SMP saya sudah mampu minum 6 botol bir. Tak jarang juga saya sering adu kuat minum dengan meneguk minuman keras, ketika itu dikenal dengan TKW atau Arak Putih, sehingga oleh sebagian temen yang mengetahui kegiatan saya, menyebut dengan istilah "ustadz murtad". Selama bertahun-tahun, kehidupan seperti itu saya jalani.
Tahun 2001, saya ditunjuk sebagai penasehat Yayasan Intan Berlian Pakidulan (spiritual) di kawasan Garut. Dari hasil meditasi di makam kyai pancing (goa panggung), pangandaran, saya dianjurkan untuk mencari sebuah ilmu (ilmu nabi haidir), yang merupakan ilmu tertinggi dalam islam, guna dapat membedakan antara Ratu Kidul yang asli dengan yang palsu.
Untuk itu, saya berkonsultasi dengan tokoh spiritual dari Gontor (Tebu Ireng), dan ternyata mendapat jawaban yang sama, harus mencari ilmu tersebut, namun saya tidak akan mendapatkannya di pulau Jawa. Karena kebetulan ketika itu saya diundang ke Lampung, untuk membantu mengatasi beberapa masalah seputar spiritual, kemudian berangkat ke Lampng, dan ternyata saya bertemu dengan seorang tokoh spiritual (mantan kelompok spiritual Pak Harto/presiden).
Setelah melakukan pertolongan, dan sempat menjadi tim suksesi gubernur Lampung di bidang spiritual, saya diperkenankan untuk memperoleh ilmu Nabi Haidir, saya laksanakan segala persyaratannya selama 40 hari, setelah 7 bulan berada di Lampung, saya harus kembali ke Jawa. Ketika itu dikatakan bahwa ilmu yang sudah ada tidak perlu dipakai lagi (dibaca segala manteranya) karena sudah cuku, dan harus kembali kepada awal (nol). Hal ini membuat saya heran, setelah puluhan tahun belajar tetapi harus ditinggalkan.
Kembali ke Jakarta, say mulai mencari tahu tentang apa yang saya dapatkan, sehingga bertemu dengan seorang teman yang juga bergumul di bidang spiritual, bedanya saya melalui amalan (mantera) dia melalui pemanfaatan energi alam, dia seorang protestan dari NTT. Mulailah saya mengikuti spiritual menggunakan energi alam, selain itu saya juga menemukan istilah nol (hampa), yaitu aku adalah aku, dan tidak ada kesamaannya.
Setelah berganti hari, saya terus melakukan meditasi, baca quran dan shalat tahajud, namum selalu diarahkan untuk membaca surat yang menceritakan tentang Isa ibnu Maryam, lambat laun saya semakin menemukan kejelasan tantang Isa, kemudian selain quran saya pelajari juga hadits shahih buchari, tarikh Muhammad dan Alkitab.
Dari ketiga sumber tersebut semakin jelas tentang keberadaan Isa, saya kuatkan dengan sering shalat tahajud, dan pemahaman tentang Isa semakin terbuka, ayat-ayat semakin ditemukan, begitu juga literatur lain secara kebetulan saya dapatkan. Dan saya mulai berkomunikasi dengan roh nenek moyang (para sesepuh dan pini sepuh), maka semua semakin jelas dan terbuka. Lebih-lebih, setiap akan melakukan pengkajian, saya selalu berdoa mohon bimbingan Roh Kudus.
Melalui quran dan hadits semakin jelas, apa dan siapa yang disebut Allah, hakim yang adil di akhir jaman. Selama hamper 2 tahun saya melakukan pengkajian dari berbagai bahan kajian dan seacara spiritual, maka semakin jelas dan semakin tertantang untuk membuktikannya. Apalagi setelah saya temukan firman yang mengatakan “ujilah AKU”…. Maka semakin besar niat saya untuk mengujinya,…Apa benar Yesus Tuhan…?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar