Belakangan ini, semakin gencar terjadi bencana , mulai dari angin puting beliung, gunung meletus, banjir bandan hingga seolah dengan mudahnya si jago merah berkiprah di tengah masyarakat yang penghidupannya semakin memprihatinkan.
Dapatkah dikatakan hal ini merupakan pertanda protes Ibu Pertini (alam nusantara) yang mulai cemburu dengan manusia-manusia yang ada. Pasalnya, kebudayaan dan adat istiadat nusantara telah semakin jauh ditinggalkan, posisnya telah diisi dengan budaya-budaya dari luar yang kontradiksi dengan kondisi alam nusantara ini. Sampai-sampai, landasan ideologi dan falsafah nusantara sudah mulai tergantikan dengan yang lain, terutama jika kita meninjau dari pemahaman sila pertama dari Pancasila dan pasal 29 Undang-undang Dasar 1945.
Hal itu tercermin dari apa yang sering kali terjadi dalam kehidupan masyarakat, dimana sering terjadi penghakiman (pengrusakan) terhadap umat beragama, seoleh di negeri ini hanya ada satu persepsi tentang kebenaran dari Tuhan. Ini semua lebih condong dikatakan akibat adanya doktrin dari oknum tokoh agama, sehingga umat menolak pemahaman lain yang tidak sesuai dengan doktrin milik mereka.
Apakah manusia saat ini telah merasa memiliki kebenaran sama dengan kebenaran Tuhan? Sementara Tuhan sendiri tidak demikian, malah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan kebenaran yang menurutnya sesuai dengan jiwanya.
Sangat perlu dipahami dan diingat, bahwa benar kata kita, belum tentu benar menurut orang lain. Benar menurut keyakian (iman) kita, belum tentu benar menurut keyakinan (iman) orang lain. Pada prinsipnya, kebenaran yang hakiki hanya ada dan hak preogratif Tuhan, hal itulah yang menyebabkan akan adanya Pengadilan Tuhan (terakhir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar